Setiap muslim (apalagi seorang yang mengaku dirinya sebagai da'i) pasti ingin apa dilakukannya mendapatkan pahala (bernilai dalam pandangan Allah), karena seorang muslim yang benar memiliki sebuah pemahaman bahwa apa yang ada disisinya akan binasa sedangkan apa yang ada di sisiNya pasti kekal. Maka setiap melakukan sesuatu agar Allah menilai/memberikan pahala maka tidaklah bisa lepas dari 3 hal/syarat yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan tindakan/amal, yaitu:
1. Shidqul 'azhimah (Kemauan yang jujur)
2. Shidqun niyyah (niat yang benar)
3. Syar'iyah (sesuai dengan apa yang Allah dan RasulNya tuntunkan)
Mungkin ada seseorang yang melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas dan tanpa arah juga tujuan, berbuat ya berbuat saja, tanpa mempertimbangkan ketiga aspek diatas, sungguh hal itu akan sangat merugikan dirinya sendiri kelak. Mungkin juga ada seseorang melakukan sesuatu dengan kesadaran tinggi dan kemauan yang kuat tetapi niat atau maksudnya tidak benar, bukan untuk Allah atau bukan untuk tujuan meninggikan kalimatNya, sudah tentu hal ini tidak sesuai dengan apa yang Allah dan RasulNya tuntunkan, sungguh golongan orang yang semacam ini juga akan merugi kelak. Ada pula seseorang yang melakukan sesuatu ibadah yang Allah dan RasulNya tuntunkan, akan tetapi niatnya bukan karenaNya, misalkan seseorang yang sholat karena ingin dilihat orang lain (riya’), atau tidak dengan kemauan yang jujur bahwa sholat itu adalah kewajibannya, maka sungguh orang-orang semacam ini juga akan merugi kelak.
Sungguh orang yang beruntung ialah mereka yang sebelum melangkah dan melakukan sesuatu tindakan dengan mempertimbangkan ketiga aspek diatas, bertindak dengan penuh kehati-hatian dan tidak gegabah dalam berbuat apapun. Untuk itu pula Rasulullah Saw pernah bersabda:
"Sungguh adakalanya seseorang mengeluarkan kata-kata yang tidak dipikirkan terlebih dahulu apakah baik atau tidak ,lalu menyebabkannya tergelincir ke neraka yang kedalamannya lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat" (HR.Bukhori dan Muslim)
Hadits tersebut menyiratkan akan kehati-hatian seorang hamba jika ingin berucap, tidak asal berkata. Seorang mukmin, sekali ia berkata maka kata itu penuh makna dan muncul setelah ia memikirkan nilai kata itu dalam pandanganNya.
Betapapun banyaknya bentuk ibadah seseorang, jika tidak berlandaskan tiga aspek tersebut, maka apa yang dilakukan hanya membuang waktu yang Allah telah anugerahkan padanya, apa dilakukan hanya pepesan kosong dalam pandanganNya dan yang didapatkan hanya kepenatan dan kelelahan. Rasulullah pernah menyiratkan hal ini dalam menerangkan mengenai sholat dan puasa, sabdanya:
"betapa banyak orang yang sholat, hanya mendapatkan bagian kelelahan dan kepenatan" (HR.An Nasa'i)
dan juga sabdanya:
"betapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapat bagian lapar dan dahaga" (HR. An Nasa'i)
Maukah amal-amal yang kita lakukan sia-sia dalam pandanganNya? maukah kita mengerjakan sesuatu dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikrian tapi tanpa nilai dariNya? maukah kita tidak memperoleh ganjaran atas apa yang kita lakukan? sungguh, jawaban yang penuh dengan keimanan adalah tentu tidak mau. Maka marilah kita sama-sama menjadi hambaNya yang senantiasa melakukan sesuatu dengan landasan ketiga aspek tersebut, sehingga kita menjadi golongan orang-orang yang beruntung, semoga Allah menolong kita untuk mengamalkan ini semua, amiin.
Sumber:
Komitmen Seorang Muslim Kepada Harakah Islamiyah, Fathi Yakan
Memurnikan La ila ha illallah, Muhammad Said Al Qathani, Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad Quthb
Ringkasan Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi yang diringkas oleh Syaikh Yusuf AnNabhani
Oleh: Ahmad Ilhami
Email: ilham_fis@yahoo.com
Phone: 08561036596
Tidak ada komentar:
Posting Komentar