Tiga tugas utama tersebut bukanlah tugas yang dilaksanakan oleh pemegang amanah kaderisasi berdasarkan kepada hal-hal teknis belaka, layaknya sebuah organisasi pada umumnya, akan tetapi juga harus didasarkan pada pemaknaan yang dalam dari tujuan dakwah itu sendiri, yaitu meninggikan kalimatNya, apa yang dilakukan semata-mata karena tujuan tersebut. Hal ini penting agar setiap pelaksanaan amanah kaderisasi dapat menghasilkan kader yang semakin kokoh akidahnya, semakin kuat ruhiyahnya, semakin benar dan lurus pemahaman keislamannya (kader muntijah).
Untuk itu, seorang yang diberikan amanah kaderisasi haruslah memegang dengan kuat prinsip dakwah;
“ashlih nafsaka, wad'u ghairoka”
perbaikilah dirimu, dan serulah orang lain (untuk memperbaiki diri).
Objek dari amanah kaderisasi adalah muharikud-da'wah, maka seorang pemegang amanah kaderisasi haruslah memiliki kendali untuk melaksanakan segala amanahnya terkait dengan objeknya itu. Untuk itu haruslah ia seseorang yang paling kuat hubungannya dengan Allah Swt (quwatush shilah billah), haruslah ia seseorang yang paling baik dan terjaga kondisi ruhiyahnya (quwatur ruhiyah), haruslah ia memiliki pemahaman yang paling baik dalam agama terutama terkait dakwah dan jihad fi sabilillah.
Tanpa hal-hal tersebut diatas sebuah harakah islamiyah akan kering dan jauh dari nilai-nilai ruhiyah, padahal aktivitas dakwah memerlukan bekal itu semua sebagai sesuatu yang harus di sampaikan kepada objek dakwah (mad'u) dan agar apa yang di ucapkan dan dilakukan sang da'i memiliki bobot dan meninggalkan bekas (atsar) pada jiwa mad'u (qaulan tsaqilan).
Secara lebih khusus, seorang pemegang amanah kaderisasi haruslah ia yang selalu tepat waktu dalam sholatnya bahkan menunggu dan menjaga waktu-waktunya, karena sholat adalah tiang agama yang beratapkan jihad, maka dakwah akan runtuh tanpa tiangnya. Ialah yang paling dawam tilawahnya, karena tilawah adalah salah satu caranya 'berinteraksi' dengan Allah Swt. Ialah yang paling bisa menjaga kata-katanya dan setiap tindak perilakunya, karena ia adalah contoh/tauladan yang baik untuk para penggerak dakwah lainnya. Hal-hal seperti inilah yang harus terus dibangun dan dikuatkan oleh para pemegang amanah kaderisasi.
Setelah itu semua dipahami dan djalankan, maka barulah ia akan menikmati dan menjalankan dengan baik amanah kaderisasi, karena amanah tersebut justru akan menjadi sarana peningkatan kondisi ruhiyahnya. Tanpa itu semua maka amanah kaderisasi akan terasa berat dipikul dan roda dakwah tidak berjalan dengan baik dan hal ini akan erat kaitannya dengan capaian dakwah secara lebih luas, seperti capaian rekrutmen, dan sebagainya.
wawaffaqona 'ala ma yuhibbuhu wa yardhouhu, wa a'anana 'ala imtitsali dzalik
Dan semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk menjalankan apa-apa yang dicintaiNya dan diridhoiNya, dan semoga Allah menolong kita untuk melaksanakan hal ini. Amiin
Wallahua'lam.
Tulisan ini sangat ringkas dan terlihat kurang menyertakan dalil aslinya, insyaAllah penulis sudah usahakan berdasarkan Al Qur'an dan sunnah dan juga studi pustaka serta pengalaman penulis selama mengemban amanah kaderisasi. Jika berkeinginan mengetahui dalil syar'inya dan sumber rujukannya dapat dilakukan dengan diskusi secara langsung atau via email atau komentar di blog. Jazakumullah
Oleh: Ahmad Ilhami
Email: Ilham_fis@yahoo.com
Blog: www.ahmad-ilhami.blogspot.com
Phone: 08561036596
Tidak ada komentar:
Posting Komentar