Cari di Blog ini

Jumat, 25 Desember 2009

Fenomena Aktivis Dakwah Melenceng dari Jalur Syar'i


            Seluruh manusia pada dasarnya diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya saja, ini merupakan prisip tauhid yang harus dipegang teguh oleh setiap muslim dan muslimah. Jadi tugas utama manusia adalah beribadah kepada Allah sampai akhir hayatnya, untuk itu setiap muslim dan muslimah ketika melakukan tindakan, haruslah ia memikirkannya terlebih dahulu apakah yang akan dilakukannya sebagai bentuk ibadah kepadaNya atau bukan. Terlebih bagi para aktivis dakwah, yang notabene merupakan orang-orang yang telah paham mengenai hakikat dirinya sebagai hamba Allah.

            Seorang aktivis dakwah memiliki peran sebagai penyampai risalah Islam, sebagai penyampai aturan-aturan Allah dan RasulNya kepada seluruh manusia yang belum mengenal secara baik risalah dan aturan-aturan dalam Islam tersebut, maupun kepada manusia yang sudah mengenal dengan baik tetapi tidak melaksanakannya dalam kehidupannya sehari-hari.

            Itulah tugas-tugas da'i, betapa naifnya ketika terjadi fenomena seorang da'i justru melanggar aturan-aturan Allah dan RasulNya yang seharusnya ia sampaikan. Sudah jelas murka Allah akan segera menimpanya, karena ia mengatakan apa-apa yang tidak ia kerjakan, firman Allah:

'amatlah besar murka disisi Allah bagi siapa yang mengatakan tetapi tidak mengerjakan" (Q.S. Ash Shaff: 3)

            Manusia secara umum tak terkecuali seorang da'i pasti pernah berbuat kesalahan dan kekhilafan (melangggar aturanNya), akan tetapi ciri seorang da'i yang benar, yang mempunyai nilai ketakwaan ialah ketika melakukan kesalahan ia akan segera bertaubat dan memohon ampunannya dan tidak akan terjerumus dalam kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Allah Swt berfirman:

"Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?, dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" (Q.S. Ali imron: 133)
     
            Menurut pengalaman penulis -yang memang masih sangat sedikit dalam aktivitas dakwah- pada aktivitas dakwah, kita akan selalu dihadapkan pada berbagai masalah didalam tubuh jama'ah (internal) -selain masalah eksternal- yang kebanyakan permasalahan tersebut lebih pada permasalahan yang dialami oleh individu-individu dalam jama'ah itu.

Salah satu permasalahan itu adalah fenomena virus merah jambu (VMJ) atau gaya pacaran/zina ala aktivis, dilematis dan naif memang permasalahan seperti bisa terjadi. Bangunan dakwah dalam jama'ah itu niscaya akan rapuh dan akan segera roboh jika 'penyakit' seperti VMJ ini tidak segera di scan dan dibersihkan, karena VMJ itu adalah 'penyakit' yang merusak jiwa dan aqidah seorang aktivis, sehingga akibatnya sangat fatal bagi dakwah, jama'ah, dan tentu juga akan berakibat fatal untuk diri sang aktivis itu sendiri.

            Pada dasarnya memang fitrah sebagai manusia untuk mencintai dan dicintai lawan jenisnya, akan tetapi kefitrahan tersebut janganlah menjadi alasan untuk menghalalkan pacaran/zina ala aktivis, karena Allah dan RasulNya telah mengatur cara yang halal dalam menuangkan fitrah insaniyyah (fitrah kemanusiaan) tersebut, yaitu dengan menikah.

            Fenomena ini terjadi karena hawa nafsu tak terkendali karena provokasi dari bisikan syetan yang menyesatkan, serta benteng keimanan yang saat itu tidak kokoh, juga karena aqidah yang saat itu rapuh dan jarang mendapatkan pengingatan (tadzkiroh), sehingga hatinya gelap dari cahaya Allah, dan akhirnya perbuatan tersebut dipandang indah dan seolah tidak menyimpang dari aturan-aturanNya.

            Solusi untuk permasalahan ini adalah dengan memberikan penyadaran terhadap kesalahan yang diakukan, proses penyadaran memang butuh waktu yang tidak sebentar, akan tetapi dengan memberi pengingatan saja sebenarnya sudah cukup, karena ini menyangkut permasalahan antara hamba dan Allah, sehingga perubahan diri tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, yang dapat merubah adalah diri sendiri yang bersumber dari kesadaran akan kesalahan tersebut.

            Dari pemaparan singkat diatas, agar permasalahan VMJ tidak menjadi endemi pada tubuh jama'ah, penulis menyarankan antara da'i dengan dai'yah haruslah menjaga adab-adab berinteraksi, dengan prinsip tak ada interaksi jika memang tak perlu dan tak syar'i. Janganlah ikhwan maupun akhwat saling memberikan perhatian yang menghanyutkan perasaan masing-masing, karena itu bisa menjadi pemicu awal dari berkembang biaknya VMJ.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari hal-hal semacam itu, amiin. Wallahu a'lam

Oleh: Ahmad Ilhami
Email: ilham_fis@yahoo.com
Phone: 08561036596

1 komentar:

  1. saya akan senang sekali jika ada teamn2 yang membaca dan mengkomentari tulisan-tulisan didalam blog ini..

    BalasHapus